Karena masih mahasiswi dan ga punya penghasilan, jatah bayar internet saya agak terhambat bulan ini.
Ditambah kuota habis sebelum waktunya yang jujur bikin saya keder selama 20 hari dengan inet pas-pasan lol
Saya pikir permasalahan ini bisa terbantu dengan internet kampus yang speednya cukup lumayan, tapi ternyata ada sistem baru yang namanya Captive Portal IPB.
Dan dengan sistem baru ini, mau ga mau mahasiswa harus bayar HANYA untuk ngenet yang mungkin ga setiap hari dalam satu semesternya.
Wew~ bikin emosi jiwa deshou?
Untungnya fandom masih terselamatkan berkat pacar saya, tapi ya karena bahan apdetannya ada di saya, tetep aja terhambat ^^;
Agaknya saya ngeluh melulu ya daritadi? Gomen ne, sedikit meluapkan perasaan aja. Soalnya kalo ngeluh di kampus, yang ada panjaaaaang urusannya. Jadi di sini aja deh :P

Btw entry saya bukan buat ngeluh internet kok. Saya mau bahas satu hal yang cukup mengganggu belakangan ini, yaitu etika sosial.
Bersosialisasi memang penting, tapi jangan sampai bersosialisasi sampai membuat pihak yang kita ajak bersosialisasi itu jadi merasa terpojok atau terhina bukan?
Saya ga mau cerita banyak, tapi saya fokuskan di salah satu pengalaman saya yang sebenernya bikin saya `keder`.
Di kuliah Interaksi Manusia dan Komputer yang diajar oleh Pak Firman Ardiansyah yang kebetulan salah satu dosen favorit saya, ups... atau matkulnya ya? :P.
Karena Pak Firman sekarang sudah menjadi bagian dari DKSI, dan teman seangkatan saya agak `nyambung` kalau diajak ngobrol mengenai hal-hal di sana, otomatis Pak Firman sering mendadak curhat tentang pekerjaannya.
Well, bisa saya simpulkan, kebobrokan institusi dan DKSI. Tentu ga bisa saya jabarkan di sini, tapi kurang lebih seperti itu.
Kekurangan-kekurangan dari kerja DKSI yang sedang ditingkatkan oleh Pak Firman, entah kenapa, menjadi bahan olok anak-anak sekelas.
Menurut saya aneh, kenapa?
Mudahnya, saat membahas Captive Portal IPB. Anak-anak tertawa keras, terbahak-bahak, lebay, yang kesannya seneng banget liat `kebusukan` yang ada di sana.
Jujur, kalo saya, saya sih malu. Terlepas dari Bapak saya yang dulunya mengembangkan sistem seperti itu, saya malu karena tidak bisa berkontribusi untuk DKSI.
Yang saya lakukan hanya ngomongin, menghujat, dsb. Harusnya saya yang sebagai anak jurusan Ilmu Komputer bisa memberikan sesuatu agar masalah seperti itu berubah.
Bukannya tertawa girang.
Oke, beberapa teman akan ada yang PKL di sana. Tapi tetap saja gelagat anak-anak sekelas yang seolah `memanfaatkan`.
Jujur, saya ANTI sama kata ini, jadi ga perlu saya jelaskan lebih banyak.


Dan satu lagi yang saya ingat, ketika kuliah Komunikasi Data dan Jaringan Komputer. Kebetulan kipas di ruangan bersuara agak bising, sehingga membuat banyak anak terganggu.
Dosen sudah berkata secara singkat, tapi anak-anak tetap saja berbicara menghujat kipas.
Well, saya yang sudah jengkel akhirnya sedikit berteriak untuk minta tolong mematikan kipas *karena kebetulan juga tempat saya duduk jauh dari saklar kipasnya sendiri.
Reaksi apa yang saya dapatkan? Pandangan aneh menatap saya, dan tak seorang pun bergerak. Malah, dengan teganya satu orang anak berbicara kepada saya "Ne, diliatin dosen tuh!"
Otomatis saya jadi emosi. Saya pingin kuliah dengan tenang kok malah diperlakukan kayak gitu.
Toh dosen sendiri juga sudah merasa terganggu, masa nggak ada yang sedikit respek untuk mematikan kipasnya? Saya hidup di dunia mana sih?

Hm... saya juga bukannya menghujat teman, saya juga introspeksi diri. Tapi saya harap cukup sekali ini saja ada kejadian-kejadian kayak gitu. Karena saya pikir, kita sudah mahasiswa. Sudah berumur, sudah dapat berpikir secara lebih baik.
Oke, memang nggak salah kok berpendapat, berteriak-teriak dengan energik, tapi tolonglah pada tempatnya.
Dan jujur saya sudah merasa tidak nyaman dengan keadaan seperti itu. Saya bukannya tidak biasa dengan suasana ribut hello, gathering juga ribut kok.., tapi tolonglah perhatikan keadaan sekitar.
Apakah ribut dan perlakuan kita membuat orang lain merasa tidak nyaman? Apalagi dalam hal kuliah?
Kalau bukan masalah kuliah sih saya mungkin masih bisa mentolerir...

Kenapa saya bikin entry membahas ini? Ini refleksi kekecewaan saya terhadap member-member MMI yang sudah menuliskan komentar-komentar kasar di website artikel Buono!
Artikel apa sih? Silahkan dibaca~
Artikel Buono! di Bintang Indonesia #1
Artikel Buono! di Bintang Indonesia #2
Panas baca artikel tersebut? Sama kok, saya juga panas. Tapi tolonglah panas itu jangan dibawa-bawa sampai ke web tabloid tersebut.
Member-member beberapa ada yang lebih tua daripada saya, tapi kenapa kok bisa komen seperti itu? Komentar kasar dan tidak berpendidikan.
Saya juga panas, tapi tidak dibawa ke webnya. Saya hanya mengungkapkan via Facebook saya, YM saya, Plurk, dan tempat-tempat privacy saya sendiri.
Tentunya, daripada menghujat terus-terusan, lebih baik kita diskusikan bersama bagaimana menghadapi artikel seperti itu.
Toh bisa dengan membuat surat, dan tidak perlu dengan nada bash dan menghujat tabloid tersebut. Toh memang pandangan orang Indonesia seperti itu, dan kewajiban kita, para netter yang paham sekali tentang budaya Jepang adalah meluruskan pandangan tersebut.
Bukan akhirnya membuat pandangan baru bahwa wota adalah orang-orang freak yang kampungan. Haish, maaf ya, saya ga sudi banget dibilang kayak gitu -_-

Ada salah satu komentar yang akhirnya membuat saya makin berusaha mewujudkan surat itu. Apa? Komentar dari seorang wota yang berusaha menjelaskan pandangan orang Indonesia tapi berakhir dengan menjelekkan nama wota sendiri.
Maaf kalo saya agak kasar, tapi jujur saya ga sudi dibilang seperti itu. Wota adalah fans-fans yang mengerti idolnya lebih daripada orang lain. Tapi masih ada yang bisa bilang popularitas turun gara-gara imej wota?
Sorry, berarti Anda juga dong yang menurunkan popularitas?
Kalau Anda yakin bahwa idol Anda sudah turun popularitasnya, berarti Anda sudah mengadakan riset di Jepang sana dan sudah mewawancarai LANGSUNG wota-wota yang Anda maksud.
Karena di mata saya sendiri, biarpun memang penujualan CD single dan albumnya menurun, bukan berarti mereka kehilangan popularitas.
Saya pernah belajar di salah satu teori dalam Komunikasi Kelompok
"Seseorang yang sudah kamu anggap baik, selamanya dan apapun perkataannya akan dianggap benar. Begitu pula sebaliknya."
Selama saya suka artisnya, pasti saya anggap baik terus. Well, buat saya itu nggak berpengaruh. Saya tadinya suka banget sama Laruku, tapi sekarang agak mengurangi ke-wota-an saya gara-gara mereka sudah menjadi suatu hal yang `umum` diketahui pecinta Jepang.

"Cukup sudah dengan semua kebusukan dan ketidak seimbangan dunia antar manusia. Tak bisakah kita hidup saling menghargai dan menjaga persahabatan yang sudah ada?"

Posted by strawieluphy 4/21/10 3 comments

Subscribe here

Hello!


Free Hit Counter

Me : strawieluphy


INNE LARASATI ♫
inne, nee-chan, strawie, tante inne
teens. 20 going 21st. college 3rd year.
unfortunately not single anymore :P
majoring computer science
with communication skills.
design graphic minded not coding minded.
english but rather being engrish.
quiet but can be talkactive. moody. kind.
crazy fangirl. easy-going. love eat. snackies.
teddy bear and japan obsessed.

Check out my profile here!

photoshop + fandom = MY LIFE!
PROUD TO BE JAPANESE/KOREAN FANGIRL! ♥
Tokyo x Seoul are my SOUL!
blue sky-awesomeness. everything strawberry.
PRINCE NINO (二宮和也) and KAPPA AIRIN (鈴木愛理) worshipper ♥

IPB Badge